
Yuk Jelajah – Menjelajah gunung ini, memang butuh tenaga ekstra. Tidak hanya melintasi vegetasi hutan yang lebat, medan ekstrem berupa tebing-tebing menjulang pun mesti ditempuh. Dan, jika tak berhati-hati melangkah, bisa ‘terjun’ bebas ke dasar jurang.
Ya, itulah gunung Raung, gunung yang disebut-sebut para pendaki sebagai gunung paling ekstrem di Pulau Jawa. Gunung yang berketinggian 3.344 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini, berada di Jawa Timur dan merangkup tiga kabupaten sekaligus, yakni Kabupaten Jember, Bondowoso dan Banyuwangi.
Baca juga : Keindahan Ranu Kumbolo di Gunung Semeru
Keberaadan Raung berdeketan dengan Kawah Ijen, satu destinasi wisata gunung berapi yang terkenal dengan api birunya (blue fire). Gunung Raung yang garang ini juga memiliki keindahan kaldera yang sangat luas, dan konon kaldera itu akibat letusan dahsyat ratusan tahun lalu.

Mendaki Raung, rada berbeda dengan mendaki gunung-gunung lain yang ada di Pulau Jawa. Selain diperlukan tenaga yang prima, pengetahuan dan keterampilan mounteneering (sebuah kemampuan dan penguasaan peralatan panjat tebing) juga harus dikuasai. Kerena tak hanya mendaki trek-trek hutan, beberapa tebing kokoh yang menghadang menuju puncak Raung pun harus dilintasi dan dipanjat.
Baca juga : Jelajah Gunung Merapi
Ada beberapa jalur menuju puncak gunung Raung, dan yang paling diminati dan ramai dilintasi para pendaki adalah jalur Kalibaru di Banyuwangi dan jalur Sumber Waringin di Bondowoso. Barangkali, karena kedua jalur ini menyajikan tantangan dan pesona yang berbeda untuk mencapai puncak gunung Raung.

Jalur Kalibaru
Melintasi jalur Kalibaru, seperti yang dilakukan para pendaki yang terdiri dari Adhi Nurhadi, Azmi dan Zia, memang penuh tantangan. Pendakian dimulai di base camp Kalibaru yang terletak di Dusun Wonorejo, Kalibaru, Banyuwangi.
Mereka melewati beberapa pos dan area camp yang masing-masing memiliki tantangan dan pesonanya tersendiri. Dan yang paling berat dan memerlukan kehatian-hatian adalah saat melintasi jalur Siratal Mustaqim. “Ini jalur serem, karena di sisi kanan dan kiri jurang menganga,” tutur Adhi Nurhadi.
Baca juga : Jelajah Gunung Rinjani yang Eksotis
Melintasi Kalibaru, mereka melewati beberapa pos pendakian dan camp. Diawali dari Pos 1 – Camp 1, trek ini lumayan panjang dan melewati perkebunan kopi dan vegetasi hutan. Dan selanjutnya, Camp 1 – Camp 2 (Pos 2) mereka beristirahat sebentar yang ada sumber airnya. Berikutnya Camp 2 – Camp 3, jalur ini melintasi hutan yang didominasi pohon-pohon besar.

Dilanjut Camp 3 – Camp 4, trek di jalur ini lumayan menantang dengan tanjakan-tanjakan merambah hutan. Kemudian dari Camp 4 – Camp 5, melewati jalur yang banyak ditumbuhi ilalang yang indah. Lalu Camp 5 – Camp 6, dan berikuntya pendakian menuju Camp 7. “Di Camp 7 ini, kami beristirahat dan mendirikan tenda, dan sempat bermalam,” kata Adhi.
Baca juga : Photo Story : Jelajah Gunung Ungaran di Jawa Tengah
Dan pendakian berlanjut menuju Camp 8, mereka bersiap-siap menyiapkan summit attack. “Dari Camp 8 berlanjut ke Camp 9 jalur terus menanjak. Selanjutnya menuju Puncak Bendera, dan ketinggian di puncak ini sudah mencapai 3.023 mdpl,” tutur Adhi.

Jembatan Siratal Mustaqim
Dari puncak Bendera, pendakian berlanjut ke tebing bernama Jembatan Siratal Mustaqim. Jalur ini garang, dan ekstrem. “Kalau ngga hati-hati bisa fatal, di kanan kiri jurang. Peratalan mounteneering juga mesti memadai, semisal tali kernmantel, carrabiner, webbing dan lainnya,” cerita Adhi.
Baca juga : Jelajah Gunung Slamet
“Dari trek Jembatan Siratal Mustaqim, kita sampai di Puncak Sejati, setelah melewati Puncak 17 dan Puncak Tusuk Gigi,” tutur Adhi.

Nah, Raung memang ekstrem. Meski begitu, gunung ini tetap saja merupakan salah satu gunung yang memang harus dijelajah jika ingin disebut sebagai pendaki sejati.
Baca juga : YukJelajah.com di Kumparan
(Yuk Jelajah/Jamal Mahfudz)